Kamis, 13 Februari 2014

1.600 Jiwa di Blitar Masuk Zona Bahaya Kelud


1.600 Jiwa di Blitar Masuk Zona Bahaya Kelud
Wisatawan mandi air panas di kawasan wisata Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur, (11/8). Untuk mencapai pemandian ini, pengunjung harus menuruni sekitar seribu anak tangga. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Kediri - Lontaran material panas Gunung Kelud diperkirakan akan mencapai radius lima kilometer dari puncak gunung. Hal ini mengancam penduduk di Desa Gambaranyar, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, yang hanya berjarak lima kilometer.

Plt Bidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Gede Suantika, memperkirakan lontaran material padat erupsi Gunung Kelud tak akan lebih dari lima kilometer. Situasi ini mengancam sedikitnya 1.600 jiwa penduduk di Desa Gambaranyar, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar yang hanya berjarak 5 - 7 kilometer dari puncak Kelud. "Lontaran ini sama dengan tahun 1990 lalu," kata Gede memperkirakan, 13 Februari 2014.

Sementara di Kabupaten Kediri, lontaran dalam radius itu masih jauh dari pemukiman penduduk. Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar yang merupakan kawasan pemukiman terdekat dengan puncak Kelud masih berjarak 8 kilometer. Karena itu petugas PVMBG menetapkan pengosongan wilayah dalam radius 10 kilometer yang merupakan batasan Kawasan Rawan Bencana I. (Baca: Letusan Kelud Diperkirakan Eksplosif)

Data pos pemantauan Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri menyebutkan dalam radius ini, potensi ancaman yang mendera adalah lontaran batu, lahar hujan, lahar letusan, dan hujan debu. Mendekati puncak Kelud, ancaman material vulkanik ini makin besar di Kawasan Rawan Bencana II.

Petugas mematok radius lima kilometer dari puncak masuk dalam kawasan ini dengan potensi awan panas, aliran lava, lahar letusan, lahar hujan, hujan abu dan lontaran batu.

Sedangkan Kawasan Rawan Bencana III yang merupakan kawasan paling berbahaya ditetapkan dalam radius dua kilometer dari puncak. Kawasan ini menjadi sapuan awan panas, gas racun, lahar letusan, dan kemungkinan aliran lava. Demikian pula dengan lontaran batu pijar bisa menghujani setiap saat.

Kepala Kantor Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Ngaseri mengatakan, tak ada penduduknya bermukim dalam Kawasan Rawan Bencana II dan III. Tiga desa terdekat dengan Kelud berada dalam Kawasan Rawan Bencana I yakni radius 10 kilometer. Mereka adalah Desa Sugihwaras, Desa Babadan, dan Sempu. Jumlah penduduk di tiga desa ini mencapai 10.000 jiwa. "Letusan tahun 1990 lalu hanya ada hujan abu di sini," katanya.

Situasi berbeda terjadi di Kabupaten Blitar. Kawasan pemukiman terdekat yakni Desa Gambaranyar hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Kelud atau masuk Kawasan Rawan Bencana II. Ancaman yang mungkin timbul adalah tersapu awan panas, aliran lava, aliran lahar letusan, dan hujan debu atau batu. Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana setempat menyatakan terdapat 1.600 penduduk di desa ini yang harus diungsikan saat terjadi erupsi.

Warga Blitar panik lihat letusan Gunung Kelud



Reporter : Yulistyo Pratomo | Jumat, 14 Februari 2014 00:43

0
Share Detail


Warga Blitar panik lihat letusan Gunung Kelud
Gunung Kelud meletus. ©2014 Merdeka.com
Merdeka.com - Letusan Gunung Kelud membuat ratusan warga Kaweron, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur berhamburan keluar rumah. Padahal, jaraknya berada pada radius 15-20 kilometer dari puncak gunung itu.

Dilansir dari Antara, Jumat (14/2), meski berada dalam radius yang cukup aman dari aliran lahar, namun suasana panik tetap terasa. Tiang listrik dipukul bertalu-talu pertanda bahaya sejak gunung yang meliputi wilayah Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang daerah Pujon dan Ngantang di sisi barat mulai meletus.

Warga berhamburan ke jalan raya yang tidak terhalang bangunan dan pepohonan, untuk menyaksikan dan memastikan bahwa Gunung Kelud benar-benar meletus seperti kabar yang tersiar sejak pukul 22.56 WIB.

Semburan lava pijar terlihat cukup tinggi itu sesekali hilang digantikan kepulan awan hitam, dengan tebaran bau belerang yang sudah merambah berbagai wilayah hingga radius 15-20 kilometer.

Darmi, warga Ngaringan di sisi timur Kecamatan Gandusari, juga membenarkan warga pada radius sekitar 10 kilometer yang termasuk daerah bahaya dengan tanda 'garis merah' dari wilayah barat Gandu, tunggang-langgang menuju pengungsian.

Jamil, warga Perumahan Pondok Delta, beberapa menit sebelum Gunung Kelud meletus sudah menyebarkan kabar, bahwa gunung itu biasa meletus pada neptu 'Wage'. "Waspada malam ini Jumat Wage," tuturnya di antara kerumunan warga yang baru mendengar kabar status Gunung Kelud naik dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV) pada Kamis malam itu.

Gunung Kelud dinyatakan naik statusnya dari Siaga menjadi Awas pada Kamis malam sekitar pukul 21.30 WIB dan meletus pukul 22.56 WIB.

Semburan lava pijar yang terlihat semakin membesar dan meninggi itu diikuti suara gemuruh yang terdengar dari langit, dengan cahaya kilat aneka bentuk, terutama sering terlihat bagai bintang jatuh, berbentuk cahaya segiti

Gunung Kelud Meletus

News / Regional

Gunung Kelud Meletus

Kamis, 13 Februari 2014 | 23:42 WIB
AGUS FAUZUL HAKIM Suasana jalur Ngancar Kabupaten Kediri, Jawa Timur, saat dipadati para pengungsi Gunung Kelud, Kamis (13/2/2014).

KEDIRI, KOMPAS.com
 — Gunung Kelud mulai meletus dan mengeluarkan ratusan ribu kubik material vulkanis, Kamis (13/2/2014) sekitar pukul 23.00. Suara ledakannya sangat dahsyat, terdengar hingga di Kota Kediri yang berjarak 45 km dari kubah lava.

"Gunung Kelud telah meletus pada pukul 22.50 WIB, suara letusan eksplosifnya sangat dahsyat," ujar Gede Suartika, Pejabat Pelaksana Bidang Pengamanan dan Penyelidikan Gunung Api, saat dikonfirmasi, Kamis (13/2/2014) malam.

Letusan Gunung Kelud yang baru saja terjadi sudah mulai berdampak terhadap warga Kediri. Beberapa daerah hingga di kawasan Kota Pare mulai dilanda hujan kerikil.

Salah satu warga Pare, Ajeng Pinto, mengatakan, hujan kerikil terus berlangsung sejak pukul 23.30 WIB. "Semula saya kira suara hujan besar saja, ternyata hujan kerikil. Kerikilnya besar-besar, ini warga kampung sudah mulai panik," ujar Ajeng saat dihubungi, Kamis (13/2/2014) malam.

Menurutnya, hujan kerikil terjadi sangat lebat sehingga warga mulai khawatir kekuatan atap tidak bisa menahan.

Sementara itu, ribuan warga di lereng Kelud memadati jalan menuju tempat evakuasi. Mereka dari beberapa desa di Kecamatan Ngancar. Untuk saat ini, warga Kecamatan Ngancar ditempatkan di Balai Desa Tawang di Kecamatan Wates.

Sebelumnya, aktivitas kegempaan Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, semakin kritis. Statusnya meningkat jadi Awas, dari sebelumnya Siaga (level III). Warga sudah mulai mengungsi.

Status Awas adalah level IV, status peringatan tertinggi dari gunung api berdasarkan ancamannya.

Pantauan Kompas.com di wilayah paling dekat dengan kawah Kelud menunjukkan bahwa saat ini warga sudah bersiap mengungsi. Mereka terlihat berkumpul di depan rumah masing-masing, membawa barang berharganya.

Beberapa kendaraan bak terbuka juga terlihat bersiaga di pinggir jalan. Kendaraan tersebut akan digunakan sebagai alat pengangkut.

Suprapto, perangkat Desa Sugihwaras, mengatakan, saat ini status Gunung Kelud ditingkatkan menjadi Awas. Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan agar wilayah dalam radius 10 kilometer dari pusat kawah harus steril.

"Prioritas utama ada di tiga desa yang paling dekat dulu. Makanya, saat ini diungsikan," kata Suprapto.

Selain menggunakan kendaraan roda empat, pengguna kendaraan roda dua pun tampak penuh sesak di jalan raya. Mereka membawa serta anggota keluarga dan barang berharga untuk menjauh dari lokasi.

Penulis: Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim
Editor : Farid Assifa
Sumber: Harian Surya

Erupsi Gunung Kelud, Ini Kesaksian Warga Nglegok Blitar



Miftahul Ulum   -   Kamis, 13 Februari 2014, 23:56 WIB

Bisnis.com, SURABAYA - Berselang kurang dari 1 jam dari penetapan status awas, Gunung Kelud mengeluarkan magma dan awan panas.

Warga Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Blitar, Yuni Setyowati menguraikan pukul 23.00 dari tempatnya terlihat bara api dan asap membubung di puncak Kelud. Meski demikian, belum ada tanda-tanda hujan material seperti abu atau kerikil.

"Warga sudah membunyikan kentongan titir dan berkumpul di jalanan desa menunggu perkembangan situasi," jelasnya, Kamis (13/2).

Sebelumnya, Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menetapkan status awas atau level tertinggi untuk Gunung Kelud pada Kamis (13/2) hari ini pukul 21.15 WIB.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, menguraikan status Gunung Kelud dinaikkan menjadi awas (level IV) dari sebelumnya status siaga (level III).

"Kenaikan status awas adalah status peringatan tertinggi dari gunung api berdasarkan ancamannya. Radius ditetapkan 10 km dari puncak kawah Gunung Kelud tidak ada aktifitas masyarakat," jelas Sutopo, Kamis.

Kenaikan status awas dilakukan PVMBG berdasarkan adanya peningkatan instrumental dari aktivitas vulkanis, seismisitas dan pengamatan visual dari Gunung Kelud.

BNPB, PVMBG, Pemda Jatim, Pemda Blitar, Kediri, dan Malang berkoordinasi terkait kenaikan status Awas ini. Ada sekitar 200.000 jiwa lebih masyarakat dari 36 desa yang tinggal di dalam radius 10 km.
 
Editor : Bambang Supriyanto